Telapak tangan Tio, Pradityo Kusumo, mendarat di bahu kanan Rio.
“Don’t worry, son… just keep running.”
Rio berpaling. Bapak, selalu bisa membaca meski kekhawatiran itu tidak pernah tertulis. Tatapan mata Tio meneduhkan. Senyum tipis menenangkan degup jantung Rio.
“Terima kasih, Pak.”
Rio menarik napas panjang. Sekali. Dua kali. Fokus. Sebentar matanya terpejam lalu pelan-pelan segalanya mulai beraturan. Napas dan degup jantung dengan tenang menjadi satu dengan udara Bromo mendekati pukul 7 pagi. Lagu Indonesia Raya berkumandang. Tanda start berbunyi. Tepukan tangan para pendukung Bromo Marathon memberikan semangat.
“Mari lari,” mata Tio penuh arti, menatap dalam anak tunggalnya.
Dan kaki Rio mulai melangkah.
Lari.
4 Comments
waaaaahhhh… karyanya #NinitYunita yang wajib banget ditunggu nih…. semoga sukses dan lancar prosesnya…
makasih yaaah mez. semoga udah baca ;)
#latereply banget :(
aaahhh….can hardly wait for the movie, teh! saya udah cerita-cerita ke temen-temen kantor “bakal ada film bagus lagi dari yang nulis cerita Testpack!” ^_~
makasih ratna :)
doakan lancar yaa…