“Ngapain baik sama dia? Dia juga ngga baik sama kita.”
Familiar dengan kalimat ini? :)
- Grup whatsapp teman-teman SMA lumayan heboh waktu ada kabar kalau Coldplay akan konser di Asia. Salah seorang teman yang emang akon alias anak konser mencetuskan ide, “Yuk! Nonton Coldplay yang di Tokyo!”
Tapi ternyata, si pencetus ide nonton konser baru pindah kerja dan akan ga enak kalau cuti. Saya dan teman lainnya yang ngga ngerti konser, ya udah akhirnya jadi mundur teratur.
Kita pun yang di grup santai sambil ketawa-ketawa bilang, “it’s just a concert.” Ketawa karena… mungkin ini nih tanda-tanda penuaan dini. :D
Kalau dulu darah muda, ada sesuatu kayaknya keukeuh dikejar. Sekarang? :) - “Ngapain baik sama dia? Dia juga ngga baik sama kita.”
Getting older, semakin sadar kalau kita mau berbuat baik… ya baik aja. Giving love without wanting back.
Ngga harus dia baik dulu untuk bikin kita baik sama dia.
Mungkin ada tanda tanya bila kita berbuat baik pada seseorang ternyata tidak bersambut. Tapi ya itu yaaa… kita menanam di kebun kebaikan, hasilnya pasti ada. Tidak selalu dari pohon yang sama, ada saatnya kita merawat A yang berbuah adalah dari pohon B, C, atau D.
So, don’t worry :)
Kebaikan tidak pernah sia-sia. - Pun sebaliknya untuk kita.
Bila ada orang yang berbaik hati pada kita, ngga selalu ada maksud dan agenda. Pamrih berharap sesuatu. Nikmati dan syukuri bila mendapat kebaikan. That’s all. - Suatu hari saya lihat suami saya membawa beberapa novel teman-teman penulis lain ketika akan ada meeting dengan produser dari sebuah PH.
“Mau saya tawarin ke produser buku-buku ini untuk diadaptasi jadi film. Mudah-mudahan yah, Be.”Iya, suami saya tipe yang seperti itu.
Banyak mengajarkan kebaikan terutama bagi saya. Menurut suami, apa juga ruginya buat dia turut mendukung dan berbuat kebaikan. Kan rezeki sudah ada yang mengatur. Jadi buat apa worry? - Satu yang diajarkan suami pada saya, “jangan mahal”.
Jangan mahal bilang, “I love you.”
Jangan mahal menyenangkan orang.
Sama teman juga begitu… ngga perlu berpikir seribu kali untuk memberi emoticon yang menyenangkan hati. Kebaikan-kebaikan kecil yang terlihat biasa tapi saya rasakan besar manfaatnya.
Mungkin, itu tanda-tanda penuaan dini ya? :D
Ga tau lah. Sederhana aja. Tenang.
Saya juga sekarang mulai punya baju 3 yang model dan warnanya persis sama. Dulu mikir kali ya, “Ntar dikira ngga ganti baju dong!”
Sekarang? Biar ngga ribet. Praktis aja… dan hasilnya ternyata saya happy. Ngga perlu mikir lama dan bilang, “I have nothing to wear.” :D
.
.
.
Always remember, good manners cost nothing.
7 Comments
good manners cost nothing.
iya banget :)
iyaaa fen. ga mahal… malah cost nothing :)
bener banget teh, gw juga ngajarin anak2 kayak gitu, “jangan mikir klamaan kalo mau berbuat baik, lakukan aja, nggak ada ruginya..”
bener banget ta :) just do it!
Menurutku semakin menua itu (seharusnya) jadi more wisher yah teh, semoga semua bisa begitu. Tapi akupun mulai merasakan perubahan sih dari pola pikir masa kuliahan sama sekarang emak-emak (yaiayalah jauh). Lebih ga egois, at elast tentang apa yang menyangkut si baby. Mau ga tidur semalaman mah relaaaa, kalo dulu tidur kurang aja uring-uringan hihi ;)
betul woro… makin “tua” biasanya diiringi kita semakin bijak, semoga kita termasuk golongan ini yaah :)
[…] “Good manners cost nothing”by Ninit Yunita […]